no-style

Asmaul Husna: Sifat As-Sattar (Maha Menutupi) Allah Swt

, 11/11/2022 WIB Last Updated 2024-01-12T07:27:53Z

 


KOTA BEKASI - Salah satu dari 99 sifat Allah Swt adalah Sattar, yakni Wujud yang menutupi berbagai aib, kelemahan dan kesalahan manusia.


Di sebuah Hadith (Musnad Ahmad) disebutkan Allah Taala suka menutupi aib, kelemahan dan kesalahan manusia. 


Rasulullah Saw bersabda, 'Innallaha ajja wa jalla yuhibbul hayya wa siddikh..., pada yaumil qiyamah Allah Taala akan melindungi manusia dengan sifat Rahimiyyat-Nya. 


Yakni, Dia akan menanyai manusia apakah benar telah melakukan perbuatan munkar ini itu ? Manusia akan menjawab, ya...


Namun Allah akan berkata, Aku telah tutupi berbagai kekhilafan mu pada waktu itu, dan kini pun Aku tutupi lagi........


Konsep menutupi ini tak ditemukan pada konsep sifat Tuhan pada agama lain.


Sebuah Hadith lain mengabarkan, bahwa Allah Swt menutupi mukminin dengan tabir yang tak terbatas. 


Namun, setiap kali seorang mukmin melakukan perbuatan dosa, koyaklah tabir penutupnya itu, hingga akhirnya tak bersisa lagi. 


Maka Allah pun memerintahkan para malaikat-Nya untuk menutupi aib mukminin tersebut dengan sayap-sayapnya. 


Bila ia bertaubat dari berbagai kesalahannya Allah pun memperbaiki kembali tabir penutupnya itu. 


Bahkan hingga 9 (sembilan) lapis.


Akan tetapi, bila ia tidak bertaubat, maka Allah pun memerintahkan para malaikat untuk meninggalkannya. 


Maka segala kesalahan dan dosa orang itu pun menampak.


Inilah sebabnya setiap mukminin perlu bertaubat, dan banyak-banyak ber-istighfar, memohon ampunan-Nya sehingga layak memperoleh karunia Sattar Allah Swt.


Sifat Allah 'Maliki-Yaumiddin' menghendaki Dia memberikan keberhasilan bagi para hamba-Nya yang sejati. Sedangkan sifat Rahimiyat-Nya menutupi berbagai kekhilafan dan kesalahan manusia. 


Tuhannya kaum Muslimin ini pun bersifat Ar-Rahman, yakni Dia memberi kebutuhan manusia tanpa diminta. 


Dan sifat 'Maliki-Yaumiddin' Allah juga menutupi kesalahan dan kelemahan manusia........


Allah Taala pun menyukai keterbukaan, namun bukan berarti Dia suka membukakan segala sesuatu. 


Melainkan, justru Dia melindungi manusia dari keniscayaan mendapatkan kesulitan. 


Namun, bila sudah melampaui batas dan tidak mengambil manfaat dari sifat Sattar Allah Taala, maka manusia itu pun menjadi hina.....


Rasulullah Saw pun berdoa semacam ini meskipun Allah Taala sudah menjanjikan akan diberi setiap macam perlindungan. 


Bahkan kata beliau, syaithan yang berada di dalam diri beliau pun sudah takluk atas kekuasaan Allah menjadi Muslim. 


Namun doa-doa beliau ini sungguh menggugah kita. 


Semoga Allah memudahkan kita untuk mempraktekkannya. Salah satu doa beliau tersebut adalah sebagai berikut:


 ‘Ya Allah ya robbal alamin, hamba tak mampu menghitung-hitung karunia yang Engkau telah anugerahkan. Engkau sungguh Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Engkau memberi rahmat yang tak terhingga kepada hamba. Oleh karena itu ampunilah segala dosa hamba agar hamba tidak menjadi rucah. Tanamkanlah rahimiyyat-Mu yang qudus agar hamba memperoleh kehidupan yang haqiqi dan menutupi segala kelemahan hamba, serta mampu beramal shalih yang Engkau ridhoi. Hamba berlindung kepada Engkau dari keniscayaan hukuman-Mu. Kasihanilah dan lindungilah diri hamba dari azab dunia dan akhirat. Karena segala berkat dan karunia hanyalah berada di tangan-Mu ya Allah.’


Doa ini hendaknya dibaca dengan dawam. 


Adalah rasa tanggung jawab Rasulullah Saw agar setiap mukminin senantiasa memperoleh karunia sifat Sattar Allah Swt.


Rasulullah Saw bersabda, Seorang Muslim adalah saudara bagi sesama Muslim lainnya


Oleh karena itu bersikaplah saling membantu. 


Jangan saling tidak mempedulikan. Mereka yang memenuhi kebutuhan sesama saudaranya akan bertemu dengan Allah Taala pada Yaumil-Qiyamah. 


Dan mereka yang menutupi kelemahan saudara Muslimnya, Allah Taala pun akan menutupi kelemahannya. 


Hendaknya hal ini dapat menjadi standar hidup bagi setiap orang itu.


Membacakan ayat 13 Surah Al Hujurat,


يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرً۬ا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمٌ۬‌ۖ وَلَا تَجَسَّسُواْ وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًا‌ۚ ‌ۚ


yang artinya, 'Hai orang-orang yang beriman, hindarilah banyak berprasangka, karena sebagian prasangka adalah dosa. Dan janganlah kamu saling memata-matai, dan jangan pula sebagian kamu mengghibat sebagian yang lain...' (49:13)


Ayat ini memerintahkan agar kita menghindari prasangka buruk dan berghibat aib orang lain. Karena perkara inilah yang menyebabkan menyebarnya keburukan di dunia. 


Ayat ini pun melarang memata-matai urusan orang lain karena hal ini dapat menjuruskan orang berghibat, lalu memperburuk citra orang tersebut. 


Padahal Allah Taala bersifat Sattar, Maha Menutupi segala kelemahan manusia.


Bila rahasia aib orang perorang saling dibukakan maka rasa permusuhan pun akan meningkat. 


Sedangkan Allah Taala menyukai kehidupan yang dipenuhi kasih sayang dan tali persaudaraan. 


Setengah orang menjadi terbiasa berghibat menyampaikan bahwa ikhwanmu atau keluarga atau familimu mengatakan ini itu tentang dirimu. 


Bila pun memang demikian, mengapa ia tidak langsung menasehatinya secara baik-baik ? Bila ia merasa tidak mampu memberi nasehat, mengapa tidak mendoakannya saja ? 


Bila ia tidak menasehati dan tidak pula mendoakannya, maka ia pun menanggung dua dosa, ialah, berghibat dan tidak bersikap 'sattar' terhadap kelemahan orang lain. 


Orang semacam itu menjadi sumber kesulitan di dalam masyarakat. 


Dan Allah Taala telah memfirmankan bahwa fitnah lebih kejam dari pembunuhan.


AlQur’an mengatakan,


إِنَّ ٱلَّذِينَ يُحِبُّونَ أَن تَشِيعَ ٱلۡفَـٰحِشَةُ فِى ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌ۬ فِى ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأَخِرَةِ‌ۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ


‘Sesungguhnya mereka yang menyukai kekejian tersiar di kalangan mukminin, bagi mereka ada azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak.’ (24:20)


Allah menyukai sifat sattar; maka mereka yang suka mengumbar aib orang lain, menyebarkan keburukan di kalangan kaum mukminin ataupun menyiarkan hal-hal syaithani, akan mendapat siksa dunia akhirat.


Bila seorang di antara kita menemukan kesalahan saudaranya dan tak dapat dinasehati maka kewajibannya adalah melaporkannya kepada ‘walinya’, lalu mendoakannya. 


Jika ia menyebar-luaskan kesalahan yang dilihatnya itu, maka ia menjauhi jalan taqwa.


Untuk menyelamatkan masyarakat dari penyakit sosial dan orang perorang dari api neraka, menutupi aib orang lain adalah perkara yang sangat penting. 


Bila ishlah perbaikan adalah tujuan utamanya, sampaikanlah persoalannya kepada ‘walinya’. Adalah tugas wali yang terkait untuk menyelesaikannya secara rahasia.


Inilah mengapa sebabnya tuan perlu membantu sesama saudara tuan dengan doa. 


Setengah orang memang demikian lemah. Sebagaimana orang yang dalam proses penyembuhan sakit berat. 


Ada yang cepat memperoleh kekuatannya kembali. Diperlukan pemberian nasehat yang bersifat tertutup bagi mereka yang lemah. Bila tak tampak berubah, doakanlah secara khas. 


Jika pun kedua cara tersebut tidak berhasil lalu berpikir harus cepat dihukum, bukanlah ajaran AlQur’an. 


Juga tidak menyebar-luaskannya........


Semoga Allah memberi karunia kekebalan kepada kalbu kita semua agar kedap dalam menyaksikan berbagai keburukan orang lain, senantiasa lekat kepada nilai-nilai rohaniah yang afdhol tersebut


Amin !

Komentar

Tampilkan

  • Asmaul Husna: Sifat As-Sattar (Maha Menutupi) Allah Swt
  • 0

Kabupaten